Sabtu, 22 Agustus 2009

FIKSI vs NON FIKSI

Kebanyakan orang masih mengira bahwa pembedaan antara fiksi dan non fiksi adalah dalam hal GAYA BAHASA. Bila suatu tulisan menggunakan bahasa yang “mendayu-dayu”, indah, nyastra, berbunga-bunga, maka itu adalah tulisan fiksi. Padahal anggapan tersebut adalah KELIRU!!
Perbedaan antara fiksi dan nonfiksi sebenarnya SANGAT SEDERHANA.

FIKSI

Fiksi adalah jenis tulisan yang hanya berdasaran imajinasi, karena fiktif berarti bohong/tidak nyata/semu. Tulisa fiksi hanya berdasar rekaan si penulisnya ssaja.
Karya berikut yang merupakan karya fiksi adalah : cerita pendek (cerpen), novel, sinetron, telenovela, film drama, film komedi, film horror, film laga.

NONFIKSI
Jika anda telah paham apa itu fiksi, maka memahami NONFIKSI akan jauh lebih mudah. Kata NON berarti “tidak” atau “selain”. Jadi, tulisan NONFIKSI adalah tulisan-tulisan yang tidak fiktif, bukan hasil imajinasi / rekaan si penulisnya.
Dengan kata lain, NONFIKSI adalah karya yang bersifat factual. Hal2 yang terkandung di dalamnya adalah nyata, benar2 ada dalam kehidupan kita.
Dan, karya2 berikut merupakan karya nonfiksi : artikel, opini, resensi buku, karangan ilmiah, skripsi, tesis, tulisan2 yang berisi pengalaman pribadi penulis (seperti diary, chicken soup for the soul, laporan perjalan wisata), berita di Koran/majalah/tabloid, film documenter, dan masih banyak lagi.

KESIMPULAN :
Perbedaan antara fiksi dan nonfiksi sebenarnya hanya terletak pada masalah factual atau tidak, imajiner atau tidak. Jadi, perbedaan antara keduanya sama sekali tidak ada hubungannya dengan gaya bahasa atau apapun, hanya masalah fakta atau imajiner.

Dengan demikian, bisa saja tulisan nonfiksi menggunakan gaya bahasa yang “nyastra”, mendayu-dayu, berbunga-bunga, sebagaimana halnya yang sering kita temukan pada naskah2 cerpen atau novel. Tulisan nonfiksi bisa saja menggunakan bahasa yang sangat serius, atau sangat santai dan selengekan, seperti buku Kambing Jantan karya Raditya Dika.

Dan – secara teori – bisa saje cerpen atau novel menggunakan bahasa yang serius dan formal seperti skripsi atau karangan ilmiah. Ya, itu bisa saja, kenapa tidak?? Siapa tahu suatu saat nanti ada penulis yang berhasil menulis novel dengan menggunakan bahasa ilmiah, tapi tetap asyik untuk dibaca.

Di dunia jurnalistik, kita juga mengenal istilah “jurnalisme sastra”, yakni penulisan berita (NONFIKSI) yang menggunakan gaya bahasa sastra, sehingga berita-berita yang kita temukan di majalah tertentu akan terasa seperti novel. Padahal yang ditulis disana adalah kisah nyata atau Fakta, atau nonfiksi.

Semoga Bermanfaat :):)

(Sumber : Jonru / http://www.jonru.net/ )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar