Selasa, 08 Juni 2010

-Sekaten Dan Sepasang Cincin-

Judul yang pernah nyata. Terefleksi malam ini untuk puluhan juta detik yang tak lagi nampak di depanku. Bekas hujan yang sama, dingin yang sama, sekaten yang sama. Di tengah ratusan orang yang berjalan saling bersilangan, berdesakan, dan saling memipihkan badan untuk bisa lewat. Dan dua diantara mereka adalah kita, yang dengan sepenuh hati mempertahankan pegangan tangan kita untuk tidak lepas diantara hiruk pikuk. Sesekali kita berhenti, sambil tersenyum, karena menabrak atau tertabrak, atau karena harus memberi ruang bagi mereka yang terburu atau terdiam tak sadar sedang ditunggu. Tidak ada marah, yang ada hanya bahagia..hanya lucu..hanya seru yang tetap ternikmati..walaupun kita sebenarnya tidak tahu tujuan yang akan kita cari, hanya berjalan dan berjalan saja menuruti arah pintu keluar. Karena yang sebenarnya kita cari adalah kebersamaan, bukan ini..bukan itu..terserah berapa banyak tawaran untuk mampir dan sekedar melihat-lihat..ah..itu tidak penting…yang kucari telah kutemukan..dan ia sedang menggenggamku..
Tepat beberapa langkah sebelum pintu keluar..salur-salur satin putih yang membungkus sebuah stan membuatmu menghentikan langkah. Matamu melihat padaku, dengan 1 alis terangkat, khas gayamu. Aku tahu maksudmu..menanyakan pendapatku. Dan hanya sebuah senyuman, tanpa anggukan atau kata iya, dan kaupun mengerti..bahwa aku setuju…
Kita menepi..dan waktu itu kita bagai kanak-kanak yang sedang menimbang-nimbang pilihan untuk sebuah mainan. Seakan menginginkan semuanya..tapi ingin itu hanya boleh satu, karena kita bukan anak-anak. Tak perlu tangisan, rengekan..cukup mengerti bahwa ingin itu hanya boleh satu. Satu..benar-benar satu. Satu yang tak boleh hanya inginmu, tak boleh hanya inginku, tapi ingin kita. Dicari bersama, disukai bersama, dan ditemukan bersama..sepasang cincin tanpa permata..bulat berulir-ulir.. sederhana..yang membuatku setengah mati kebingungan setiap kali aku lupa dimana aku melepas dan menyimpannya sebelum aku mandi. Bukan karena harganya, tapi karena itu cincin kita.. Yah…aku suka dengan kata ‘kita’, sangat suka..seperti sebelah sayapku menemukan belahan sayapnya untuk terbang bersama. Merasa sempurna..dan cukup.
Maka kini saat kulihat cincin di jarimu berpasangan dengan cincin lain di jari yang lain..bagaimana rasanya? Indahkah bersamanya? Haha…Aku tertawa, menertawai pertanyaanku sendiri yang tidak seharusnya ada. Karena aku pernah tahu bagaimana rasanya, maka aku yakin bahwa dirimu pasti sangat bahagia.. Dan aku turut bahagia, untukmu..begitu bungahnya sampai yang keluar adalah air mata.. Getir…
(Maret, tanggal 7, 2010, 3.11am)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar